Ternyata banyak limbah jika di kelola dengan benar dapat dijadikan lahan usaha yah gan... salah satunya ini nih.....
Jangan terburu-buru kaget, lalu merespons kurang positif misalnya :
bo’ong ah.. atau respons terlalu positif, Anda langsung ngumpulin
Hape-hape bekas apapun juga.. atau menangis-nangis sebab sudah terlanjur
buang-buang simcard gara2 nyobain paket promo dari operator sana-sini..
(lebay banget deh..)
Tapi kenyataannya memang benar, di dalam HP dan Simcard ada kandungan
emasnya. Tidak cuma emas, tapi mengandung tembaga dan perak juga. Ya,
tapi SEDIKIT. Hehe.. mengingatkan kita dengan kandungan emas pada uang
logam receh lima ratus rupiah yang kuningan, sering dibuat orang cincin
pada periode yach.. kira-kira pas jaman saya SMA dulu (kapan ya??)..
Lalu, darimana emas atau logam-logam itu datang? Dalam sirkuit di
ponsel atau chip di kartu SIM atau RUIM (CDMA) memang emas digunakan
sebagai penyalur arus elektronik. Sebab emas memiliki reputasi jauh
lebih baik dibanding tembaga dalam hal distribusi arus listrik. Produsen
ponsel atau Sim/RUIM card tidak pernah mengurangi atau meniadakan
kandungan logam mulia itu, walaupun dalam setiap unit jumlahnya hanya
seperseribu gram. Kalau Anda rela bela-belain mengumpulkan sekitar satu
juta Sim card bekas, maka bolehlah harap-harap cemas mendapatkan sekitar
1.000 gram atau satu kilogram emas murni. wuih mayan kan?

Nah, itu baru dari simcard. Dari ponsel bekas, kita bisa mengurai
lebih banyak lagi emas, perak dan tembaga. Sebab kandungan pada ponsel
memiliki perak dan tembaga yang jumlahnya cukup signifikan. Apa benar?
Faktanya, Yokohama Metal Co Ltd, asalnya dari Jepang (ya iyaalaahh..)
sebuah perusahaan pemulung barang bekas (keren amat ya pemulung di
Jepang ..) telah menggeluti bidang ini sejak lama. Dari satu ton
material yang diambil di tambang emas konvensional, nyatanya hanya
sekitar 5 gram emas, dari satu ponsel bekas yang dilebur bisa didapat 30
kali lipat. Artinya, akan didapatkan sekitar 150 gram emas!
Belum selesai disitu, berita terbaru (dapat di cek di beberapa media
ibukota, misalnya Wartakota, Rabu, 18 Juni 2008 dan Tabloid SINYAL)
disebutkan bahwa perusahaan Singapura dan Jepang akan masuk Indonesia
dan menawarkan pembelian Sim card bekas dengan harga Rp 100 perbuah,
atau Rp 1.000 untuk sebuah Ponsel bekas. Mereka berencana akan membangun
pabrik untuk melebur alat komunikasi tadi, menjaring emas, tembaga dan
perak yang ada.
Bagaimana peluangnya? Tahun 2008 ini saja, pelanggan Telkomsel sudah
52 Juta orang. Pertumbuhan pelanggan diklaim hingga 30% pertahun. Belum
lagi dari delapan operator tanah air lainnya. Ditambah gaya hidup
masyarakat yang suka gonta-ganti simcard demi menikmati berbagai
fasilitas dan promo, maka dari berbagai sumber, misalnya tabloid SInyal,
disebutkan kalau satu bulan bisa terkumpul 25 juta “kartu mati”. Jika
berat kartu 2 gram, maka jumlah totalnya 50 ton. Nah, kalau semuanya
dikumpulkan dan diambil logamnya, maka didapat sekitar 25 kilogram emas
sebulan, dan sekitar 100 kg tembaga.
Sedangkan dengan cara melumatkan 10.000 ponsel bekas atau seberat
satu ton (asumsi berat rata-rata HP adalah 100 gram) maka akan didapat
150 gram emas, 100 kilogram tembaga, dan 3 kilogram perak. Ini di luar
plastik, atau timah dari ponsel yang dilumatkan/dilebur tersebut yang
juga di dapatkan dari proses. Menggiurkan bukan? ya, asalkan ada alatnya
untuk melebur hehe.. teknologi ini sayangya (belum) dilirik dan
dimanfaatkan oleh perusahaan di Indonesia. Istilah lokalnya.. nggak ngeh
dan belum menangkap peluang ini. Jadinya ya perusahaan luar lagi deh
yang mo masuk (jadi inget kasus Freeport, Exxon dan konco-konconya yang
ngubrak abrik negeri ini hehe..)
Namun ya bingung juga, gimana mo saingan la wong untuk tingkat
“pulung-memulung sampah” saja perusahaan sekelas PT yang bermain!
paling-paling masyarakat Indonesia berkesempatan “berpartisipasi” dari
hasil penjualan ponsel danm simcard mati ke perusahaan-perusahaan
tersebut.. itu pun kalau ada yang mau ngumpulin 100 rupiah per simcard.
Kecil sekali kan? Jadi apa bisa industri ini dilaksanakan di Indonesia.
Bisa saja, sebab perusahaan memiliki manajemen stratejik dimana tentunya
tidak hanya mengandalkan pasokan “bahanbaku” eceran dari pemulung dan
pengguna ponsel, namun bisa bekerjasama secara legal formal ke berbagai
pihak.
Kita lihat saja nanti perkembangannya.. untuk sementara.. 10 – 0 untuk Jepang vs Indonesia hehe..
Sumber: http://unggulo.wordpress.com/2008/07/01/ternyata-ponsel-dan-sim-card-ada-emasnya/